5Kb4XGDSZL6T069DM0vMXHtOhKhaV2shz4GfdA0X
Bookmark

Madilog & manthiq, manakah teknologi berpikir yang telah usang?



 Apa itu madilog


Bisa di bilang bahwa madilog adalah magnum opus nya tan malaka, di dalam nya memuat 3 bahasan utama yaitu Materialisme, dialektika dan logika, materialisme sendiri disini bukan yang identik dengan gaya hidup hedonisme tapi lebih kepada filsafat materialis yaitu suatu pandangan yang berpijak pada fakta dan hal hal konkret yang bisa di buktikan, sedangkan logika mistika sendiri adalah cara berpikir yang berbasis pada hal hal yang tidak bisa di pertanggung jawabkan kebenran nya seperti misalnya ketika suatu usaha sepi berarti bisa jadi si penjual mendapat kiriman teluh dari pesaing nya, perhatian penulis akan terfokus pada bagian logika nya ini.

apa itu manthiq

manthiq sendiri adalah disiplin ilmu yang mengajarkan kaidah berpikir supaya benar, ilmu ini pada awalnya berasal dari logika aristotelian kemudian di adopsi oleh para filusuf muslim ketika terjadi penerjemahan berbagai mansukrip yunani pada masa keemasan islam. objek kajian nya begitu runut dan terstruktur, sebagai bagian kecil penulis akan sampaikan, salah satu bahasan yang paling penting di dalam ilmu manthiq adalah mengenai Ta’rif (definisi) seringkali kita berdebat panjang lebar tanpa mempunyai kesepakatan di awal mengenai definisi konsep yang akan di perdebatkan, hal ini menyalahi kaidah ilmiah, pada akhirnya orang ber debat dengan membawa definisi masing masing dan tidak mencapai titik temu yang jelas jika tidak ada kesepakatan awal, tentu hal ini menjadi problem untuk mencapai upaya mencari kebenaran. 


di dalam bahasan ilmu manthiq semua begitu tersusun rapi mulai dari kully (pernyataan umum) kulyatul khoms (five predicables dalam logika formal) sebagai unsur yang merangkai definisi, kemudian ta’rif (definisi) qodhiyah (proposisi) dan qiyas (silogisme), fungsi dari tiap unsur ini akan di bahas di tulisan lain, tapi semua rangkaian ini pada akhirnya mengajarkan para pembelajar untuk mencapai satu tujuan yaitu supaya bisa berpikir dengan benar, karna pikiran itu jika di ibaratkan seperti pilot, pesawat adalah tindakan, orang bisa bertindak benar jika pikiran nya benar, bayangkan jika yang bertindak adalah orang yang mempunyai wewenang dan bisa mempengaruhi hidup banyak orang seperti pemimpin misalnya, jika output dari pikiran nya yang berupa tindakan salah, tentu akan sangat banyak pihak yang di rugikan.

studi komparatif



tulisan ini dibuat untuk menguji relevansi kedua disiplin ilmu ini, manakah yang masih relevan untuk di terapkan di era sekarang, namun sebelum itu penulis hendak mengajukan kritik terhadap aliran materialisme dalam buku madilog ini, jika kita hanya “membatasi pengetahuan dan kebenaran pada hal hal yang bersifat indrawi/empiris” dan menolak segala macam hal yang berbau mistika (mistik disini artinya bukan hal ghaib, tapi artinya adalah sesuatu yang tidak bisa tertangkap oleh panca indra) maka kita akan dihadapkan pada suatu paradoks, yaitu apakah kebenaran ungkapan ini bersifat empiris atau tidak, bagaimana cara membuktikan nya, jika kita mengatakan bahwa satu satu nya pengetahuan ilmiah itu adalah empiris landasan nya empiris juga, maka secara metodologi reasoning semacam itu keliru.  pada akhirnya kita akan menggunakan pengetahuan rasional (pikiran) yang tidak terjangkau oleh panca indra untuk membuktikan kebenaran proposisi tadi. penulis duga ini adalah efek dari hegemoni epistemologi barat, karna itu dalam epistemologi islam bukan hanya panca indra/empiris yang dijadikan sebagai sumber kebeneran, tapi ada juga rasio (akal).

kita tau bahwa logika mistika yang dibawakan oleh tan malaka hanya berlaku di masa itu, dimana teknologi belum berkembang semasif sekarang jadi wajar saja jika kepercayaan takhayul masih berkembang subur di masa itu, jadi meskipun mambawa embel embel logika, tapi penulis pandang paparan mengenai logika nya sendiri masih kurang gamblang, terlalu fokus pada mistika nya yang kita tau kepercayaan takhayul sudah tergerus di era post modern ini, masyarakat modern sudah memiliki pola pikir yang berbasis pada teknologi dan ilmu pengetahuan bukan hal hal yang bersifat takhayul lagi jadi penulis anggap bahwa logika mistika yang dibawa tan malaka sebetulnya sudah usang dan tidak terlalu relevan lagi dengan era sekarang, dari aspek jangkauan pun manthiq ini jauh lebih luas karna telah di ajarkan di berbagai pesantren yang tersebar di seluruh indonesia, manthiq seringkali dijadikan sebagai perangkat keilmuan yang di ajarkan pada santri agar mereka mampu berpikir dengan benar, sedangkan madilog jumlah pembaca nya tidak lebih banyak dari santri. selain itu dari aspek fungsional sampai kapan pun orang orang masih perlu mempelajari definisi, proposisi dan silogisme dengan benar yang mana sudah terkandung di dalam manthiq. jadi mari pelihara akal sehat kita agar tidak terpengaruh dengan pikiran-pikiran yang tidak rasional.

 


Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.
1 comment
Berkomentar secara akademis lah, hindari ujaran kebencian dan kata yang tidak pantas, utamakan kalimat akademis !
  • Cakra Aksara
    Cakra Aksara
    21 October 2025 at 11:46
    mantap, lanjutkan
    Reply